Musibah yang Paling Besar |
Oleh : Abid Nurhuda
إياك
وذُل السؤال: "أعظم المصائب سوء الخَلَف، والمسألة من الناس، والهمُّ بالسؤال
نصف الهرم، فكيف المباشرة بالسؤال؟! ومن عَزَّت عَلَيْهِ نفسه، صَغُرت الدنيا في
عينه، ولا يَنبُلُ الرجلُ حتى يَعِفَّ عما في أيدي الناس، ويتجاوز عما يكون منهم،
والسؤال من الإخوان مَلال، ومن غيرهم ضِدُّ النَّوال" (ص154).
Jauhkan lah dirimu dari hinanya minta-minta, Musibah yang paling
besar adalah saat kamu bermain belakang (menikam dari belakang), dan
meminta-minta kepada manusia. Jika niat melakukan meminta-minta itu merupakan
separo keburukan, lalu bagaimana jika melakukan permintaan secara langsung
(bukan Cuma niat saja)? Maka barang siapa yang tidak melakukannya niscaya dia
akan mulia dirinya sehingga dunia pun akan terasa kecil dimatanya, tidaklah
akan mulia seorang laki-laki sampa dia menjaga diri dari pada meminta-minta apa
yang dimiliki oleh manusia lain serta menahan diri dari apa yang tidak menjadi
haknya. Meminta-minta termasuk dari pada penyelewengan fitroh, dan yang semisal
dengan itu…dan merupakan lawan dari mulia ( lurus terhadap fitroh)
لو لم يكن في السؤال خَصلة تُذمُّ إلا وجود التذلل في النفس عند
الاهتمام بالسؤال وإبدائه، لكان الواجب على العاقل أن لو اضطره الأمر إلى أن
يَستَفَّ الرمل، ويَمُصَّ النَّوَى، ألا يتعرض للسؤال أبدًا، مَا وجد إليه
سبيلاً" (ص155)
Tidaklah ada kebaikan sedikitpun dalam meminta-minta, bahkan disaat
baru berniat dan baru menginginkan untuk meminta-minta sudah terdapat jiwa
buruk yang bersarang, maka kewajiban bagi orang yang cerdas dan berakal jika
terpaksa mau meminta sesuatu hendaknya dia mencoba bertahan dan menjaga diri
dari hal tersebut kalau perlu menghilangkan niat itu sehingga sebisa mungkin
tidak terpikir sama sekali untuk meminta-minta selamanya selama masih ada jalan
lain yang bisa di tempuh selain hal tersebut.
(diterjemahkan dari kitab Roudhotul Aqla' Wa nazhatul Fadhola')
0 comments:
Post a Comment