Ridho Oleh : Abid Nurhuda |
لقناعة كنز عظيم: "ليس شيء أروحَ للبدن من الرضا بالقضاء، والثقة
بالقاسم؛ ولو لم يكن في القناعة خصلة تحمد إلا الراحة، وعدم الدخول في مواضع
السوء، لطلب الفضل، لكان الواجب على العاقل، ألا يفارق القناعة على حالة من
الأحوال" (ص157-158).
Qona’ah merupakan anugerah yang agung dan besar, “Tidaklah ada
sesuatupun yang bisa bikin tenang dan tentram di badan ini kecuali ridho dengan
apa yang telah di tetapkan dan percaya terhadap pembagi (yang di maksud adalah
rizki pemberian dari Allah). Sekalipun dalam keadaan qona’ah tersebut tidak ada
yang bisa di banggakan melainkan sifat tenang / tentram dan tidak terjerumusnya
diri ke dalam perangkap-perangkap yang buruk hanya demi mencari keutamaan
(pahala dari Allah), maka itulah yang menjadi kewajiban bagi orang-orang yang
berakal. Yang mana pada intinya adalah tidak boleh memisahkan sifat qona’ah
dalam keadaan apapun.
"من عدم القناعة لم يزده المال غنى، فتمكن
المرء بالمال القليل مع قلة الهم أهنا من الكثير ذي التَّبعة" (ص158-159).
Barang siapa yang tidak memiliki sifat qona’ah dalam dirinya
niscaya tidak akan bertambah harta kekayaannya, dan mungkin saja orang yang
memiliki harta sedikit disertai memiliki rasa Qona’ah lebih terhormat ketimbang
orang yang banyak harta tapi memiliki rasa tama’.
مَن
غَنيَ قلبه غنيت جوارحه: القناعة تكون بالقلب: "فمن غني قلبه، غنيت يداه، ومن
افتقر قلبه، لم ينفعه غناه، ومن قنع لم يتسخط، وعاش آمنا مطمئنًا، ومن لم يقنع لم
يكن له في الفوائد نهاية لرغبته، والجد والحرمان كأنهما يصطرعان بين العباد"
(ص159).
Barang siapa yang merasa cukup hatinya, niscaya akan cukup pula
seluruh anggota badannya sebab Qona’ah itu letaknya dihati. Maka barang siapa
yang kaya hatinya, maka kaya pulalah kedua tangannya. Dan barang siapa yang
miskin hatinya niscaya tidak akan bermanfaat kekayaannya. Barang siapa yang
bersifat qona’ah dan tidak membenci (keadaan), maka hidupnya akan berada salam
ketenangan dan ketentraman. Dan barang siapa yang tidak mau bersifat qona’ah
niscaya tidak akan ada manfaat pada tujuan akhir dari keinginannya, sebab
kedermawanan dan keserakahan itu seoalah keduanya saling tarik menarik dalam
diri hamba.
(diterjemahkan dari kitab Roudhotul Aqla' karya Ibnu Hibban)