Blog Yang Berisi Ilmu Agama Lalu Humanisme dan Ilmu Sains Maupun Sosial

Kemerdekaan Yang Sejati

Tidak Dapat Membedakan Mana Cinta Dan Mana Siksa...

Itulah Bahagia

Mobil Mewah Itulah Bahagia...

Tidak Tau

Bentengnya orang berilmu adalah mengatakan tidak tau...

Mudah Mudah Susah

Jalan kami tak susah, bukan berarti mudah...

Pentingnya Tauhid

khawatir terjatuh kepada kesyirikan...

Tuesday 6 April 2021

Keburukan dibalas dengan Kebaikan

 

Keburukan di balas
Keburukan dibalas dengan kebaikan



Oleh : Abid Nurhuda



 قَالَ لقمان لابنه: "كذب من قَالَ إن الشر يطفئ الشر، فإن كان صادقًا، فليوقد نارًا إلى جنب نار، فلينظر هل تطفئ إحداهما الأخرى؟ ألا فإن الخير يطفئ الشر، كما يطفئ الماء النار" (ص178).

Luqman berkata kepada anaknya :Sungguh telah berdusta seseorang yang mengatakan bahwa keburukan di balas dengan keburukan adalah perilaku yang benar, karena hal itu sama saja dengan menghidupkan api dengan bara api sehingga justru malah kian membesar. Maka perhatikanlah, apakah api tersebut akan padam (dengan kejadian tadi)? Tentu tidak, maka yang benar adalah balaslah keburukan dengan kebaikan sebagaimana air yang akan memadamkan api.

 التقوى والكرم: التقوى: "هي العزم على إتيان المأمورات، والانزجار عَن جميع المزجورات، فمن صح عزمه على هاتين الخصلتين، فهو التقي الذي يستحق اسم الكرم، ومن تعرى عَن استعمالهما، أو أحدهما، أو شعبة من شعبهما، فقد نقص من كرمه مثله" (ص181)

Takwa dan kemuliaan : Takwa ialah bertekad untuk melakukan segala yang diperintahkan, dan menjauh dari apa-apa yang dilarang, maka barang siapa yang niatnya baik untuk berusaha mengimplementasikan dua hal ini maka dialah orang takwa sejati yang berhak mendapatkan kedudukan yang mulia. Akan tetapi jika menyeleweng/ menyimpang dalam penggunaan keduanya atau salah satunya saja, atau sebagian dari sebagian yang lainnya, maka berkuranglah kemuliaan yang ada pada dirinya.



(Roudhotul Aqla')

Share:

Hakekat Qona'ah

 

Ridho


Oleh : Abid Nurhuda



لقناعة كنز عظيم: "ليس شيء أروحَ للبدن من الرضا بالقضاء، والثقة بالقاسم؛ ولو لم يكن في القناعة خصلة تحمد إلا الراحة، وعدم الدخول في مواضع السوء، لطلب الفضل، لكان الواجب على العاقل، ألا يفارق القناعة على حالة من الأحوال" (ص157-158).

Qona’ah merupakan anugerah yang agung dan besar, “Tidaklah ada sesuatupun yang bisa bikin tenang dan tentram di badan ini kecuali ridho dengan apa yang telah di tetapkan dan percaya terhadap pembagi (yang di maksud adalah rizki pemberian dari Allah). Sekalipun dalam keadaan qona’ah tersebut tidak ada yang bisa di banggakan melainkan sifat tenang / tentram dan tidak terjerumusnya diri ke dalam perangkap-perangkap yang buruk hanya demi mencari keutamaan (pahala dari Allah), maka itulah yang menjadi kewajiban bagi orang-orang yang berakal. Yang mana pada intinya adalah tidak boleh memisahkan sifat qona’ah dalam keadaan apapun.

 "من عدم القناعة لم يزده المال غنى، فتمكن المرء بالمال القليل مع قلة الهم أهنا من الكثير ذي التَّبعة" (ص158-159).

Barang siapa yang tidak memiliki sifat qona’ah dalam dirinya niscaya tidak akan bertambah harta kekayaannya, dan mungkin saja orang yang memiliki harta sedikit disertai memiliki rasa Qona’ah lebih terhormat ketimbang orang yang banyak harta tapi memiliki rasa tama’.

 

 مَن غَنيَ قلبه غنيت جوارحه: القناعة تكون بالقلب: "فمن غني قلبه، غنيت يداه، ومن افتقر قلبه، لم ينفعه غناه، ومن قنع لم يتسخط، وعاش آمنا مطمئنًا، ومن لم يقنع لم يكن له في الفوائد نهاية لرغبته، والجد والحرمان كأنهما يصطرعان بين العباد" (ص159).

Barang siapa yang merasa cukup hatinya, niscaya akan cukup pula seluruh anggota badannya sebab Qona’ah itu letaknya dihati. Maka barang siapa yang kaya hatinya, maka kaya pulalah kedua tangannya. Dan barang siapa yang miskin hatinya niscaya tidak akan bermanfaat kekayaannya. Barang siapa yang bersifat qona’ah dan tidak membenci (keadaan), maka hidupnya akan berada salam ketenangan dan ketentraman. Dan barang siapa yang tidak mau bersifat qona’ah niscaya tidak akan ada manfaat pada tujuan akhir dari keinginannya, sebab kedermawanan dan keserakahan itu seoalah keduanya saling tarik menarik dalam diri hamba.


(diterjemahkan dari kitab Roudhotul Aqla' karya Ibnu Hibban)

Share:

Thursday 1 April 2021

Tak Ada Kebaikan Sedikitpun

 

Musibah yang Paling Besar adalah
Musibah yang Paling Besar



Oleh : Abid Nurhuda




 إياك وذُل السؤال: "أعظم المصائب سوء الخَلَف، والمسألة من الناس، والهمُّ بالسؤال نصف الهرم، فكيف المباشرة بالسؤال؟! ومن عَزَّت عَلَيْهِ نفسه، صَغُرت الدنيا في عينه، ولا يَنبُلُ الرجلُ حتى يَعِفَّ عما في أيدي الناس، ويتجاوز عما يكون منهم، والسؤال من الإخوان مَلال، ومن غيرهم ضِدُّ النَّوال" (ص154).

Jauhkan lah dirimu dari hinanya minta-minta, Musibah yang paling besar adalah saat kamu bermain belakang (menikam dari belakang), dan meminta-minta kepada manusia. Jika niat melakukan meminta-minta itu merupakan separo keburukan, lalu bagaimana jika melakukan permintaan secara langsung (bukan Cuma niat saja)? Maka barang siapa yang tidak melakukannya niscaya dia akan mulia dirinya sehingga dunia pun akan terasa kecil dimatanya, tidaklah akan mulia seorang laki-laki sampa dia menjaga diri dari pada meminta-minta apa yang dimiliki oleh manusia lain serta menahan diri dari apa yang tidak menjadi haknya. Meminta-minta termasuk dari pada penyelewengan fitroh, dan yang semisal dengan itu…dan merupakan lawan dari mulia ( lurus terhadap fitroh)

 

 لو لم يكن في السؤال خَصلة تُذمُّ إلا وجود التذلل في النفس عند الاهتمام بالسؤال وإبدائه، لكان الواجب على العاقل أن لو اضطره الأمر إلى أن يَستَفَّ الرمل، ويَمُصَّ النَّوَى، ألا يتعرض للسؤال أبدًا، مَا وجد إليه سبيلاً" (ص155)

Tidaklah ada kebaikan sedikitpun dalam meminta-minta, bahkan disaat baru berniat dan baru menginginkan untuk meminta-minta sudah terdapat jiwa buruk yang bersarang, maka kewajiban bagi orang yang cerdas dan berakal jika terpaksa mau meminta sesuatu hendaknya dia mencoba bertahan dan menjaga diri dari hal tersebut kalau perlu menghilangkan niat itu sehingga sebisa mungkin tidak terpikir sama sekali untuk meminta-minta selamanya selama masih ada jalan lain yang bisa di tempuh selain hal tersebut.



(diterjemahkan dari kitab Roudhotul Aqla' Wa nazhatul Fadhola')

Share:

Blog Archive

Total Pageviews